Dalam banyak budaya, sering kali seseorang yang memberi itu
dianggap orang kaya, sementara kepada orang miskin tentulah tidak bisa
memberi. Pola pikir seperti ini sangat tidak baik. Alkitab mengajarkan
bahwa kasih bersifat memberi. Allah Bapa sendiri menyatakan kasih-Nya yang
teramat besar bagi dunia ini dengan memberikan Yesus Kristus untuk mati
ganti kita, manusia berdosa agar kita boleh diselamatkan. Orang yang
sungguh telah mengalami betapa besarnya berkat pemberian Allah, yaitu
Yesus Kristus, dalam hidupnya tahu apa artinya memberi bagi pekerjaan
Tuhan.
Alkitab menyaksikan bahwa ketika Yesus memberi makan lima
ribu orang laki-laki dan banyak lagi wanita dan anak-anak, yang memberikan
kepada-Nya lima ketuk roti dan dua ekor ikan adalah seorang anak kecil.
Pemberiannya mungkin remeh dan tidak berarti dalam pandangan banyak orang,
namun di dalam tangan Tuhan, pemberiannya menjadi berkat bagi ribuan
orang. Pemberian yang kecil namun diberikan dengan tulus dan jujur. Bukan
masalah besar dan kecilnya pemberian kita, tetapi bagaimana sikap hati kita
memberikannya kepada Tuhan.
Janda miskin yang diceritakan dalam Lukas 21:41-44 dipuji
Tuhan Yesus bukan karena jumlah persembahannya yang besar, tetapi karena
ia memberi dari kekurangannya. Dalam pandangan Tuhan Yesus, janda itu
memberikan jauh lebih banyak daipada semua orang yang memasukan uang ke
dalam peti persembahan (Lukas 21:4). Ada orang Kristen yang takut miskin
dan kekurangan jikalau ia memberi. Orang yang demikian belum menghayati
kasih Allah yang bersifat memberi, karenanya sampai kapanpun, orang
tersebut tidak akan mengalami berkat memberi dan hidup yang berkelimpahan.
"Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada
yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan" (Amsal
11:24). Memberi untuk pekerjaan Tuhan tidak harus menunggu sampai kaya
atau berkecukupan. Memberi jika dimulai dari hati yang mengasihi Tuhan,
pastilah tidak "main hitung-hitungan" dengan Tuhan, tidak kikir
(Amsal 28:22). Orang yang kikir adalah orang yang mencintai unag. Orang
yang hati dan pikirannya telah diubah oleh kekuatan kuasa Roh Kudus, maka
ia akan menjadi seseorang pemurah untuk pekerjaan Kerajaan Allah.
Dalam Perjanjian Lama, ada kisah Hana yang mempersembahkan
Samuel. Ia bukan memberikan Samuel kepada Tuhan, tetapi mengembalikan apa
yang Tuhan telah berikan kepadanya. Hana bukan memberi yang dipunyainya,
tetapi mengembalikan apa yang memang berasal dari Tuhan (1 Samuel
1:27-28). Dalam Alkitab, banyak tokoh yang kaya seperti Abraham, Daud,
Salomo, dan Ayub. Tidak salah jika orang percaya menjaddi kaya. dalam 1
Yohanes 3:17 berkata: "Barang siapa mempunyai harta duniawi dan
melihat saudaranya menderita kekurangan, tetapi menutup pintu hatinya
terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah dapat tetap di
dalam dirinya"
BACA JUGA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar