Saat ini GPdI memiliki lebih dari 30 Sekolah Alkitab (termasuk beberapa STT) yang ada di seluruh Indonesia
bahkan di luar negeri. Dari sekolah-sekolah ini, setiap tahun ribuan
pekerja baru diterjunkan dalam ladang Tuhan. Sekolah-sekolah Alkitab
GPdI tersebut (disebutkan dari ujung paling barat Indonesia) antara
lain: SA Purbasari, SA Nias, SA Tanjung Pinang, SA Pekan Baru, SA
Palembang, SA/STT Lampung, STTP Jakarta, SA/STT Cianjur, SA/STA
Salatiga, SA Beji-Batu, STA Jember, SA Kupang, SA Pontianak, SA
Palangkaraya, SA Balikpapan, SA Malino, SA Tanatoraja, SA Kendari, SA
Tentena, SA Langowan, SA Airmadidi, STT El-Shadday Manado,
SA Sahu-Ternate, SA Ambon, SA Biak, SA Merauke, SA Manokwari, SA
Wamena, SA dan luar negeri: STT El-Shadday di New Jersey serta STT
Harvest-Hati Elok di Seoul, Kor-Sel untuk menjangkau ladang-ladang
setempat.
Luar Negeri
Kalau 85 tahun yang lalu gerakan Pantekosta hadir di Indonesia
atas benih yang datang dari Amerika, maka kini hamba-hamba Tuhan dari
GPdI telah banyak menaburkan benih-benih Firman Tuhan di Amerika dan
beberapa negara yang lain. Mereka antara lain: Pdt. Yohanis Ticoalu (Washington DC), Pdt. Polke Koyongian (New Jersey), Pdt Timotius Suwiji (New York),
Pdt. Emmanuel Tendean (Philadelphia), Pdt. Seivi Mawuntu (New
Hampshire), Pdt Albert Awuy (Springfield-Newark), Pdt. Jacob Siwi
(Atlanta), Pdt. Hanny Tilaar (Philadelphia), dan pada belasan kota
lainnya di East-Coast Amerika.
Kemudian: Pdt. Moody Ratu (Pamona, LA), Pdt. Raymond Lamandy (Hollywood, CA),
Pdt. Ventje Singkoh (Market Street, San Fransicsco), Pdt. Johanis Suwuh
(Seattle), Pdt. Otto Hutapea (Denver-Colorado), Pdt.Ny.Simanungkalit
(Las Vegas) dan dibelasan kota lain East-Coast Amerika. Pdt. Max
Meiruntu (Ermington-Sydney-Australia), Pdt. Jerry Sanger (Gold-Coast,
Queensland), Pdt. Yani Luntungan (Perth), Pdt. Ruth Lumangkun (Fulham
Gardens-South Australia), Pdt. Bastian Kastanya (Brisbane), dan
lain-lain.
Perwakilan di Belanda: Pdt. Christian Lettalay (Nijmegen), perwakilan di Korea: Pdt. Johanes Pratowarso (Seoul), perwakilan Singapore
(Pdt. Paul Runkat), Timor Leste Pdt. Laurens Kambey (Dili). GPdI juga
memiliki beberapa misionaris di beberapa negara ASEAN seperti: Thailand, Kamboja, dll.
Interdenominasi
Dalam mewujudkan kebersamaan antar gereja-gereja aras nasional maka GPdI menyalurkan aspirasinya melalui lembaga PGPI (Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia).
Bahkan GPdI dapat dikatakan sebagai motor atau ikon dari lembaga ini,
karena sejak terbentuknya tahun 1979, Ketua Umum PGPI yang dahulu
bernama DPI (Dewan Pantekosta Indonesia),
selalu dipegang oleh tokoh-tokoh GPdI seperti Pdt. A. H. Mandey dan
Pdt. M.D. Wakkary. Tahun 2003 dalam Mubes PGPI di Wisma Kinasih, Bogor, GPdI melepaskan kepemimpinannya untuk memberi kesempatan kepada yang lain dan waktu itu terpilih Pdt. Suhandoko Wirhaspati (Ketua Umum GBI saat itu) sebagai Ketua Umum PGPI (2003-2008).
Pada tatanan regional: GPdI menjalin hubungan dengan berbagai lembaga dan gerakan Pantekosta di negara-negara Asia Pasifik. Satu
diantaranya adalah PAM (Pentacostal Asia Mission) yang melakukan
pertemuannya 2 tahun sekali. Dalam konferensi di Bangkok tahun 2004, Pdt. A.H. Mandey (Ketua Umum GPdI) terpilih sebagai Presiden dari PAM. Itu sebabnya GPdI menjadi tuan rumah atas PAM Conference 2006 yang diadakan di Manado tanggal 11-14 September 2006.
Pada level global, GPdI bermitra dengan Foursquere
Gospel Church di Amerika yang memiliki hubungan kerja sama luas dengan
berbagai gereja Pantekosta di seluruh dunia. GPdI tercatat sebagai
anggota yang ke-145 dari Foursquere International Churches (FIC).
Pada tanggal 29 Mei-1 Juni 2006, Foursquere Church mengadakan
Konferensi Internasional di Hotel Hilton, Washington DC, USA. Rombongan
dari GPdI mendapat aplaus khusus dalam pertemuan ini. Tahun 2007,
Konferensi yang sama, rencananya akan diadakan di kota Yerusalem.
Permulaan GPdI di beberapa daerah
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara adalah daerah Kristen karena mayoritas
penduduknya beragama Kristen. Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM)
adalah gereja yang terbesar di seluruh pelosok Minahasa. Namun Injil
sepenuh melalui Pinkster Kerk (sekarang GPdI) menembus daerah ini.
Dengan menumpang kapal motor ”Van der Hagen” dua orang pemuda utusan
Injil bernama A. Tambuan dan J. Repi tanggal 13 Maret 1929 mendarat di
pelabuhan Manado. Kedatangan mereka telah diketahui terlebih dahulu oleh
beberapa anak Tuhan, karena Tuhan telah memberitahukan kedatangan
mereka melalui nubuat yang diucapkan saudara D. Kalangi. Tanggal 14
Maret 1929 mereka tiba di Langowan dan diterima dengan sukacita oleh
keluarga W. Saerang.
Langowan, sebuah kota Kecamatan, mendapat kehormatan
Injil sepenuh melalui pemberitaan Pinkster Kerk. Kebaktian perdana
dihadiri oleh 40 orang. Tuhan bekerja dengan heran. Saudara W. Saerang
mendapat kepercayaan Tuhan karena Injil Pantekosta diberitakan di
rumahnya. Pada kesempatan itu, sdr. Alexius Tambuan pulang ke kampung
halamannya di Tambelang, dan sdr. Julianus Repi ke Ranomea, maka di
masing-masing tempat tersebut mereka juga memberitakan Injil sepenuh.
Pada tanggal 1 Desember 1929 diadakan baptisan air perdana bagi mereka
yang telah percaya Kristus sebagai Juruselamat pribadinya. Baptisan air
diikuti oleh 42 orang yang terdiri dari 14 orang dari Langowan dan 28
orang dari Ranomea Amurang.
Pada tanggal 8 November 1929 Keluarga J. Lumentak tiba
dari Surabaya dan mendarat di pelabuhan Amurang, dan pada bulan yang
sama tiba pula sdr. E. Lesnussa dan pada awal tahun 1930 datang pula
hamba Tuhan Keluarga Albert Jocom. Barisan
utusan-utusan Allah untuk pemberitaaan Injil di Sulawesi Utara menjadi
makin kuat. Mereka menyebar ke berbagai pelosok Minahasa dan
memberitakan Injil dalam kuasa dan uarapan Roh Kudus. Tahun 1933 datang
pula Pdt. Runtuwailan dan sdr. L.A. Pendelaki ke Sulawesi Utara untuk
memperkuat barisan hamba-hamba Allah. Untuk strategi perkembangan
selanjutnya, sdr. Julianus Repi mengadakan kursus Latihan Pengerja di
Winebetan Langowan, kursus ini dimulai pada tahun 1947 dan telah
menghasilkan banyak pengerja. Hampir 250 orang pernah berada di bawah
didikannya. Pdt. J. Repi seorang pendidik yang keras dan disiplin, namun
pelayanannya sangat diberkati Tuhan. Salah seorang anak asuh yang
sampai saat ini masih bertahan adalah Pdt. A.S. Kaawoan yang menjadi
Pemimpin Sekolah Tinggi Alkitab (STA) Langowan. Atas jasa-jasa Ibu Etik
Pendeki maka di Sulawesi Utara didirikan ”Panti Asuhan” yang pertama
dengan lokasi Airmadidi.
Kepulauan Sangir Talaud
Adapun perintis kabar Pantekosta di kepulauan Sangir Talaud adalah Ibu Pdt. Saripada.
Ia memulai pekerjaan di Manganitu, sebuah desa di Sangir Besar.
Kemudian disusul dengan kedatangan kel. PIANG TJOEN HONG yang meneruskan
pekerjaan yang pernah dirintis oleh Ibu Saripada. Pdt. Piang TH
kemudian membuka pekabaran Injil di Tahuna (Ibukota Kabupaten Sangir
Talaud). Kel. Piang TH sangat menderita dalam hidupnya. Piring makannya
dari seng dan kaleng menjadi tempat minumnya. Ia sangat menderita karena
Injil, sampai ia mati. Kemudian datang keluarga Pdt. D. L. Masie
melanjutkan perjuangan Pdt. Piang TH.
Sedang pada bulan September 1948 datang ke Manganitu
Tahuna serombongan para pendeta dari Manado yaitu: Pdt. S.J. Sito, Pdt.
C.M. Elias, Pdt.C.A. Lahinda dan eks angkatan 1 Sekolah Alkitab Langowan
sdr. S. Sriyoto dengan accordionnya. Lawatan ini dilanjutkan ke
P. Siau dan ditempat ini mereka mengadakan kebaktian perdana, kemudian
mereka pulang ke Manado. Rupanya Roh Tuhan menggerakkan hati sdr. S.
Sriyoto pada tanggal 8 Desember mendarat di Hulu Siau. Maka pada tanggal
11 Desember 1948 sdr. Stefanus Sriyoto dengan resmi memulai pelayanan
di Hulu Siau. Kebaktian dimulai dengan dengan Kebaktian Sekolah Minggu
dan ia memainkan accordionnya supaya banyak membantu mengerahkan massa
di Siau. Maka segera dimulai kebaktian orang dewasa juga. Hingga pada
bulan Januari 1949 sudah terdapat 50 anak dan orang dewasa yang
mengikuti kebaktiannya. Dan sesudah 3 bulan diadakan baptisan air bagi
13 jiwa. Puji Tuhan. Tahun berikut dibuka kebaktian di Pehe, dan tahun
berikutnya lagi dibuka kebaktian di Ondong.
Sulawesi Tenggara
Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Alkitab di
Langowan tahun 1956, sdr. Thomas Wlinggi kembali dan berpraktek dibawah
asuhan Pdt. E. Lesnussa di Ujungpandang. Kemudian ia mengadakan
pelayanan di kota Pinarang (dekat Pare-pare) pada tahun 1958 lalu ke
Polwali, Bone, Waka, Benteng, dan Perkasanda (daerah Bugis). Namun ia
terpanggil membuka Pelayanan di Sulawesi Tenggara. Karena itu dari Bone
ia menerobos ke desa Pamelah Dewa Dewi. Perintisan di tempat ini dimulai
dengan bercocok tanam ubi kayu. Di tempat ini Allah menunjukkan
mujizat-Nya. Sebuah gubuk kecil 3 x 4 m dibangun untuk dipergunakan
sebagai tempat ibadah dan sebagian untuk tempat berteduh dengan 3
anaknya. Mujizat terjadi pula di tempat ini, orang mati didoakan bangkit
kembali dan 13 dibaptis air. Gereja direnovasi dengan dinding bambu,
kemudian direnovasi lagi hingga ukuran gereja 8 x 19 m, semi permanen.
Dari tempat ini ia mengembangkan sayap dan membuka pelayanan di Langori,
Towua 11, Hukohuko, Tinondo, Taoree Sp 111, Toare Sp 11, Welulu,
Transad, Wolo. Sekarang di Sulawesi Tenggara sudah ada lebih dari 60
sidang jemaat.
Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah ini adalah daerah istimewa yang diperintah oleh Sri Sultan. Kota
ini juga dijuluki ”kota gudek” dan ”kota mahasiswa/pelajar.” GPdI
Yogyakarta mulai diperkenalkan ketika Pdt. S.I.P. Lumoindong membuka
kebaktian pertama tahun 1928 di jalan Ngupasan. Kemudian antara tahun
1928-1930 tempat kebaktian dipindahkan ke Jalan Gondomanan dan Jalan
Yudonegaran, dipimpin Pdt. Abkaude dibantu Pdt. Johan Van der Lip dan
adiknya Pdt. Piet Van der Lip.
Pada tahun 1931 dengan memakai nama De Pinkster Gemeente
pindah lagi ke Ngadiwinatan dan empat tahun kemudian pindah ke
Poncowinatan dilayani Pdt. Theunis Andriesse. Ternyata di tempat baru
itu hanya bertahan beberapa bulan dan kemudian dipindah lagi ke
Ronodigdayan menempati rumah kecil yang sangat sederhana.
Melihat keadaan yang menyedihkan itu, seorang ibu
anggota gereja bernama Ny. Smith yang suaminya bekerja sebagai pegawai
tinggi pada Perusahaan kereta Api telah membuka sendiri Kebaktian De
Pinkster Gemeente di jalan Sindunegaran pada tanggal 20 Agustus 1935
seorang tokoh pengusaha bis Go Djoen Bok mengusahakan rumah yang lebih
strategis di Jl. Tugu Kulon (sekarang Jl. P. Diponegoro) no 28 hingga
sekarang. Sedang tempat kebaktian di Ronodigdayan kerana keuangan gereja
yang lemah dibanding dengan gereja di Tugu Kulon kemudian dipindahkan
ke Bausasran Kidul di bawah pimpinan Pdt. Christ Van Thiel.
Antara tahun 1935-1936 dibuka lagi dua gereja masing-masing oleh Pdt.
Johan Van der Lip dengan nama Pinkstervreugd di Jl. Ngupasan dan Pdt.
Piet Van der Lip dengan nama Pinksterzending di Sosrowijayan. GPdI Sosrowijayan sekarang digembalakan oleh Pdt. Samuel Suwondo yang melanjutkan kepemimpinan ayahnya, Pdt. Petrus Suwondo.
De Pinkster Gemeente di Bausasran semakin berkembang sehingga pada
tahun 1937 tempat kebaktian tidak bisa menampung jemaah dan dipindahkan
ke Jl. Lempuyangan-Wangi 15 (sekarang Jl. Hayam Wuruk). Pembantu pendeta
pada waktu itu ada 5 orang, salah seorang diantaranya adalah The Kiem
Koei (R. Gideon Sutrisno). Pada waktu Perang Dunia II dan masa Revolusi
tahun 1943-1946 keempat gereja yang ada yaitu De Pinkstervreugd,
Pinksterzending, De Pinkster Kerk (Gereja Pantekosta di Tugu Kulon) dan
Gereja Pantekosta di Jl. Lempuyangan-Wangi bergabung menjadi satu
dibawah pimpinan Pdt. R. Gideon Sutrisno. Sejak saat itu hanya ada 2
gereja yakni di Lempuyangan dan Tugu Kulon, keduanya dipimpin Pdt. Joe
Tjien Gwan dari Solo yang diajak bekerja sama oleh Pdt. R.Gideon
Sutrisno. Dan pada tahun 1946 didirikan Majelis Gereja Pantekosta Yogyakarta.
Pada masa pendudukan Belanda tahun 1948-1949 Pdt. The
Kiem Koei pergi ke Jakarta untuk mengikuti Musyawarah Besar GPdI. Karena
Yogyakarta sebagai ibukota RI waktu itu dinyatakan tertutup, Pdt. The
Kiem Koei tinggal di Jakarta dan Semarang selama 6 bulan. Ia baru dapat
masuk kembali ke Yogyakarta pada tanggal 27 November 1949, namun
sebagian besar anggota jemaat sudah banyak yang mengungsi. Anggota
jemaat gereja mulai berkembang pesat antara tahun 1955-1958 sehingga
tempat kebaktian yang ada dirasakan tidak mampu lagi menampung anggota
dan mulailah dibentuk panitia pembangunan gedung gereja dan berhasil
membeli rumah / tanah di Jl. Hayam Wuruk 20 (GPdI Hayam Wuruk).
Setelah peletakan batu pertama tanggal 19April 1959 oleh kemurahan Tuhan
hanya dalam waktu 8 bulan gedung gereja itu selesai dibangun dan
ditahbiskan pada tanggal 13 Desember 1959 oleh pengurus Pusat Pdt. E.
Lesnussa.
Gereja baru itu ternyata terus berkembang semakin pesat
dan sekarang setiap minggu diadakan Kebaktian 3 kali. Itupun belum mampu
menampung semua anggota jemaat sehingga muncul pikiran dan harapan baru
untuk mencari tanah yang lebih luas dan membangun gedung gereja yang
lebih besar. Berkembangnya GPdI di Yogyakarta ditandai dengan semakin
bertambahnya jumlah cabang-cabang yang ada di DIY dan sekitarnya.
Mengutip Mazmur 127:1 ”Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, niscaya
sia-sialah orang membangunnya.” Alm. Pdt. R. Gideon Sutrisno optimis
berkat pimpinan Roh Kudus akan selalu menyertai gerejanya.
Sumatera
Pulau ini lebih dikenal dengan istilah ”Pulau Perca” dan
Injil Pantekosta juga menerobos pulau ini, pada tahun 1936 seorang
bekas pelaut kapal Belanda de Twaief de provinsi bernama Purba setelah
bertobat di Surabaya, membawa Injil Pantekosta ke Tanah Karo. Melalui
beliau lahir pimpinan-pimpinan seperti D.M. Sinukaban dan Sinuhadji.
Sedangkan Paul Counstan Simanjuntak pada tahun 1938
datang dari Palembang memberitakan Injil ke Tanah Tapanuli. Kebaktian
dimulai di kota Balige. Kemudian muncul sdr.Lukas Sibuarian, Renautus
Siburian, W.F. Siahaan dan lain-lain.
Di Medan pada tahun 1939 didirikan Sekolah Alkitab oleh
Ray Jakson dari USA kemudian datang sdr. A.E. Siwi menginjil Tebing
Tinggi dan buah-buah yang nyata adalah sdr. Lubis yang kemudian
memberitakan Injil ke Lubuk Linggau.
Untuk lebih mempercepat penginjilan di Sumatera pada
tahun 1958 didirikan Sekolah Alkitab di Pematang Siantar. Namun oleh
karena sesuatu hal, maka Sekolah Alkitab Pematang Siantar ditinggalkan
di Purbasari dan diresmikan oleh Pdt. A.H. Mandey. Dari Sekolah Alkitab
ini telah keluar hamba-hamba Tuhan yang bekerja di seluruh Sumatera.
Pdt. A. E. Siwi memunyai jasa besar untuk Injil Pantekosta di Sumatera
Utara, Selatan, Padang, Palembang, dan sekitarnya juga Sumatera Barat.
Lampung
Tahun 1933 Tuhan mengutus Pdt. A.E. Siwi (ayah dari J.K.
Siwi) untuk membawa injil sepenuh ke Sumatera Selatan dan Lampung.
Pekerjaan Tuhan telah ditekuni dengan gigih. Tahun 1934 sdr. F.L.Tobing,
Pdt. Lahinda, Pdt. W.K.Simanjuntak dan Pdt. Tampubolon datang untuk
membantu pekerjaan Tuhan di Lampung. Untuk mengatur strategi
perkembangan, Pdt. A.E.Siwi memusatkan pelayanan di Palembang sedangkan
pekerjaan Tuhan di Teluk Betung sejak 1937 diserahkan kepada Pdt.
Hutagalung.
Pdt. Hutagalung pada tahun 1941 berangkat ke Nederland
dan pekerjaan di Teluk Betung digembalakan oleh Pdt. Kana Sukono. Beliau
seorang hamba Tuhan yang berdedikasi doa puasa untuk mempertahankan
pekerjaan Tuhan sampai akhir hayat pada 11 Februari 1988. Kevakuman ini
telah diisi oleh Majelis Pusat dengan penempatan Pdt.D.A. Supit sebagai
gembala sidang Bandar Lampung. Rupanya angin segar menimpa jemaat di
Bandar Lampung dengan gembala baru bangkitlah semangat jemaat untuk
membangun gereja yang cukup besar dan megah menghiasi kota Bandar
Lampung. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh sdr. D.A. Supit, seperti
pepatah berkata, ”Tempalah besi selagi panas.” Maka D.A. Supit yang
memang pernah merintis Sekolah Alkitab Ternate langsung mendorong jemaat
untuk membangun Sekolah Alkitab Bandar Lampung. Maka dengan semangat
menggebu-gebu jemaat membangun Bangunan sekolah 3 tingkat yang megah.
Pdt. Hutagalung dibantu sdr. Kana Sukono pada 1937-1941
merintis pelayanan di Gisting. Pdt. Kana Sukono adalah hamba Tuhan yang
aktif sehingga tahun 1950 dengan bantuan Pdt.P.P.L.Simanjuntak membuka
pelayanan di Metro. Tahun 1951 dari Metro, Pdt. Kana membuka pelayanan
di Kota Bumi dan pada tahun 1952 membuka pelayanan di Kota Agung.
Sedangkan sdr. Pdt..M.Kadim tahun 1951 membuka pelayanan di Talang
Padang. Tahun 1959-1964 Pdt. N.W. Karundeng membuka pelayanan di Tanjung
Karang, kemudian diserahkan kepada putranya ke-7 yakni Pdt. H.E.
Karundeng yang menggembalakan jemaat ini hingga kini. Kita bersyukur
karena saat ini telah ada lebih dari 250 jemaat-jemaat di Provinsi
Lampung.
Riau
Pendeta muda Jan Lumentak mendarat di Pelabuhan Tanjung
Pinang, Pulau Bintan. Ditempat inilah kabar Pantekosta diberitakan
dengan gigihnya. Sementara ejekan dan olokan terus menimpa, datanglah
Pdt.W.H.Bolang mengadakan Kebaktian Kesembuhan Ilahi. Sdr. Jan Lumentak
meneruskan misi Allah dan tahun 1960 ia mengawali pekebaran Injil di Tg.
Balai/Karimun dan Meral. Pada 13 Juni 1964 membuka ladang baru di Dabo
Singkep termasuk Desa Raya, Penuba.
Barisan penginjilan diperkuat dengan datangnya Pdm.G.F.
Palit dan istri di Dabo Singkep termasuk Desa Raya, Penuba tahun 1960
dan membuka ladang baru di Tanjung Pinang kemudian di Kijang, Injil
Kerajaan Allah terus meluas, Tahun 1962 Pdm. G.F. Palit membuka ladang
baru di Tanjung Uban.
Allah bekerja terus dengan datangnya para hamba Tuhan
menginjili Riau. Tahun 1966, Pdm. MSJ. Sibarani dan keluarga tiba di
Pekan Baru meneruskan pelayanan yang sudah dirintis oleh Pdm. Kastanya
dan Pdm. J.R. Djong. Januari 1971 Pdt. Yoram Katuhe dan keluarga membuka
di Selat Panjang dan Pdt. Robert J. Kumayas dan keluarga datang dan
merintis ladang baru di Riau Daratan yaitu kota Dumai. Kota pelabuhan
minyak ini diserbu Injil Kristus. Dari tempat ini, Pdt. Robert
mengembangkan sayap ke Sinaboy, Sei Pakning, Morini, Bukit Timah dan
Purnama, Rupat.
Kupang
Pada tahun 1935 Pdt. Siloi datang merintis pekerjaan
Tuhan di Kupang, disusul sdr. Tuela, sdr. Pattyradjawane dan sdr.
W.F.L.Tobing selesai menempuh pendidikan NIBI 1940 ke Teluk Betung dan
1942 ke Kupang.
Kalimantan Timur
Pada bulan Maret 1927 sdr. Groeneveld seorang pegawai
doane di Balikpapan mulai mengadakan persekutuan doa/kebaktian rumah
tangga. Pada tahun 1930 Pdt. Debur datang
dan memberitakan Injil di kota ini juga. Kemudian disusul Pdt.
Pattyradjawane lalu datang pula Pdt. Wassel.
Kalimantan Barat
Setelah selesai pendidikan di Nederlandche Indie
Byble Institut Surabaya pada tahun 1938, sdr. J.M.P Batubara Sr membuka
ladang baru di Lahat, dan dari sini ia merintis pekerjaan Tuhan di Lubuk
Linggau namun pada bulan April 1940 Tuhan gerakkan hatinya untuk
pekabaran Injil di Pontianak. Tuhan memberkati pekerjaan-Nya di
Pontianak dan Singkawang ditinggalkan. Ini terjadi pada tanggal 26
Januari 1942.
Kalimantan Selatan
Pelopor Injil sepenuh yang patut dicatat untuk
daerah ini adalah sdr. Pattiradjawane disusul sdr. Graaftal kemudian
sdr. J.J.Walewangko pegawai BPM, disusul pula sdr. Liem Hwa Seng.
Irian Jaya
Sdr. Yonathan Itar adalah pelopor Injil sepenuh di
kepulauan yang luas ini. Perjuangan beliau sangat berhasil, sehingga
saat ini telah ada lebih dari 350 gereja Pantekosta di Irian Jaya. Ditempat ini juga ada Sekolah Alkitab untuk mendidik calon hamba Tuhan.
Maluku
Penduduk di tempat ini mayoritas bergama Kristen, namun
kehidupan kekristenan di daerah ini adalah agama nenek moyang. Tahun
1926 sdr. Nanlohy mulai memberitakan Injil sepenuh di Amahasa dengan
mengalami banyak tantangan. Kemudian datang sdr. Kipur, sdr. Tumbel
disusul sdr. Yocom, sdr. Yoop Seloey dan sdr. Rikihen. Dengan demikian
Injil sepenuh menjalar ke berbagai pelosok Maluku.